Penelitian untuk membantu penderita telah dilakukan sejak dahulu, bahkan sejak tahun 3000 SM. Namun demikian hingga tahun 1950-an belum ditemukan obat antihipertensi yang baik dan tepat. Pada tahun-tahun tersebut juga diketahui bahwa angka harapan hidup penderita hipertensi hanya 8 tahun. hal ini berkaitan dengan kondisi penderita, semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi tingkat kesakitannya.
Pada tahun 1960-an dilakukan suatu penelitian rintisan oleh Veterans Administration Cooperative Study Group on Antihypertensive Agents. Hasil penelitian itu melaporkan bahwa pengobatan antihipertensi terbukti dapat menurunkan angka kesakitan dan komplikasi yang fatal maupun nonfatal. Pada tahun itu digunakan obat-obatan antihipertensi yang mempunyai efek samping yang cukup berat. Obat-obatan itu hanya dianjurkan untuk penderita hipertensi yang parah. Banyak jenis obat antihipertensi pada masa itu, sekarang tidak digunakan lagi
Pada tahun 1970-an telah tersedia obat antihipertensi yang mempunyai sedikit efek samping. Obat-obatan itu dapat diberikan kepada penderita hipertensi ringan yang mempunyai risiko kardiovaskular lebih rendah. Suatu penelitian menyebutkan bahwa obat-obatan pada masa itu dapat menurunkan 35-40% risiko stroke dan 20-25% penyakit jantung koroner.
Pada tahun 1977 dikeluarkan panduan pengobatan hipertensi oleh The Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatmen of High Blood Pressure (JNC I). Obat antihipertensi yang dipakai pada waktu itu antara lain: Klonidin, Metildopa, Prazona, Pronanolol, dan Rauwolfia. Pada tahun itu, terdapat suatu kesimpulan bahwa setiap orang yang menderita hipertensi dengan angka 160/90 mmHg secara terus-menurus dilakukan pengobatan, tanpa membatasi umur penderita.
Pada tahun 1980-an muncullah era Beta-blocker sebagai obat antihipertensi. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja jantung yaitu mengurangi kontraksinya sehingga tekanan darah menurun. Akan tetapi, kemudian timbul kontroversi, manakah yang lebih baik mengobati hipertensi, Beta-blocker ataukah diuretik?
Pada tahun 1993, JNC V mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi. Panduan pengobatan ini merupakan perbaikan dari panduan yang dikeluarkan sebelumnya (JNC IV). JNC V mulai melakukan terapi individual, lebih moderat, dan lebih menyukai pemakian Beta-blocker dan Diuretik. Kedua jenis obat antihipertensi ini terbukti dapat menurunkan morbiditas (tingkat kesakitan) dan mortalitas (tingkat kematian). Pada tahun itu pula penggunaan obat antihipertensi jenis ACE inhibitor mulia dapat diterima, walaupun belum terbukti secara menyakinkan dapat menurunkan morbiditas n mortalitas. Dikeluarkannya panduan pengobatan hipertensi oleh JNC V juga terbukti menurunkan angka kejadian stroke dan payah jantung. Di sisi lain, adanya panduan itu mengakibatkan meningkatnya angka kejadian gagal ginjal. Laporan lain juga menyebutkan bahwa banyak pasien hipertensi yang menghentikan pengobatan karena efek samping obat yang digunakan. Beberapa jenis obat yang diduga menimbulkan efek samping yaitu Beta-blocker, Diuretik, Antagonis kalsium, dan ACE-inhibitor.
Pada tahun 1997 JNC VI mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi, dengan memasukkan obat antihipertensi baru yaitu golongan AIIRA. Obat baru ini efek sampingnya tidak begitu tinggi sehingga dinilai sebagai obat antihipertensi yang lebih baik dibandingkan dengan obat-obat antihipertensi sebelumnya.
Pada tahun 2003 JNC VII mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi terbaru, berupa petunjuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Dalam laporan tersebut dijelaskan tentang perlakuan terapi, perubahan gaya hidup, dan jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan. Beberapa jenis obat antihipertensi yang dianjurkan meliputi ACE-inhibitor, penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-reseptor blocker = ARBs), Beta-blocker, penghambat saluran kalsium (Calcium channel blocker = CCBs), dan thiazide diuretik. Selain penggunaan antihipertensi tunggal, JNC VII juga merekomendasikan penggunaan kombinasi obat antihipertensi untuk mengobati hipertensi, misalnya kombinasi antara obat golongan ACE-inhibitor dan CCBs, ACE-inhibitor dan diuretik, ARBS dan diuretik, atau Beta-blocker dan diuretik.